ARIEL, The Little Mermaid (2)

27 September 2009
Minggu siang.



Anak –anak baru mau mandi menjelang pukul 11 siang.
Dari pagi saya minta mandi karena neneknya mau datang, tapi mereka masih asyik main.
Mainannya agak aneh, mereka tidur-tiduran di teras depan samping rumah kontrakan saya ( kontrak 6 bulan sampai Desember, rumah saya lagi dibetulin).
Dik Wita tiduran dia atas bekas karung beras, dengan dikelilingi boneka di sekitarnya, saya dimintai tolong ngatur payung untuk nutupin tubuhnya dari panas matahari, yang alhasil cuma bisa menutupi wajahnya . Dengan posisi miring dia pura-pura tidur. Memakai terusan pendek, terlihat jelas tubuh montoknya. Matanya dipejamkan memeluk boneka.

Di sebelahnya, kakaknya Karisma membacakan dongeng Ariel kesukaannya,
- itu lho, cerita putri duyung berambut merah yang ingin jadi manusia, seperti obsesinya untuk bisa jadi putri duyung seperti Ariel......-,
sambil duduk di atas karung beras juga yang dikumpulkan beberapa dan dibentangkan seperti tikar.
Rupanya mereka main- mainan ibu dan anak. Si ibu lagi nidurin anaknya.....
Yang agak mengerikan ya setting lokasinya, mirip pemulung ya....

Sampai neneknya datang . mereka masih mandi....

Sorenya jam lima sore mereka minta mandi lagi.
Setelah sibuk main air, tak berapa lama si Wita kecil mencari saya dengan tubuh telanjang yang kuyub dan air yang menetes-netes dari sekujur tubuhnya.
Teerjadilah percakapan kecil itu.....

”Ibu , Adik boleh keramas?”
”Gak usah Dik, udah sore.”
”Kenapa ?”
”Sebentar lagi Maghrib”
”Kenapa?”
”Tadi pagi kan sudah keramas, sekarang gak usah keramas.”
”Kenapa?”
”Sehari keramas satu kali aja, nanti rambutnya merah lho” (kehabisan jawaban)

Dan Wita menatap polos, matanya berharap, mulutnya melongo....
”Tapi aku kan pingin rambutku merah kaya Ariel”

(Hah, salah jawab......
Bapaknya tertawa ngakak
Dan kakaknya menimpali dari kamar mandi,
”Tapi rambutmu nanti merahnya merah kampung, kaya kena matahari....”)