Judul Buku : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata
Tebal : xvi + 534
Cetakan : Pertama, September 2005
Format : 13 cm x 20,5 cm
ISBN : 979-3062-79-7
Saya termasuk yang sangat terlambat membaca buku ini.
Jadi kalau saya jelaskan lagi resensinya, akan banyak yang sudah tahu
Pasalnya saya sebetulnya kurang tertarik membaca novel karya pengarang lokal. Beberapa kali saya membeli buku sesuai anjuran yang selalu diresensi di salah satu surat kabar, ternyata yang sudah dapat jempol lima itu isinya tidak memuaskan (mungkin saya yang ketua-an, bukunya kurang berat).
Jadi waktu Laskar Pelangi diresensi di koran tersebut, saya belum tertarik.
Hanya waktu saya ketemu dengan teman-teman dari instansi lain, ternyata topik obrolan mereka ya Laskar Pelangi itu....
Dan saya hanya melongo karena tidak mengerti ceritanya.
Karena penasaran, saya mulai cari buku itu (biar gak kuper)
Inilah yang saya alami waktu saya baca buku Laskar Pelangi:
Dari halaman depan saya sudah dibuai dengan bahasa sederhana yang cantik.
Lambat laun saya geleng -geleng kepala, gila... buku ini cerdas banget.
Pada awal diceritakan kisah tentang Bu Mus yang tegang karena menunggu muridnya genap sepuluh orang. Dengan deskripsi unik, bedak tepung berasnya meleleh kena keringat di mukanya.
Kemudian diceritakan tentang murid-muridnya,
sangat menyentuh kisah tentang Lintang, Jenius alam , si kuli kopra yang mau menempuh puluhan kilometer untuk sekolah di SD muhamadiyah dengan naik sepeda ontel.
Si Mahar, jenius yang lain yang piawai dalam seni yang susah dipahami.
Dua tokoh itu yang mendominasi buku ini.
Buku Laskar Pelangi juga penuh dengan metafora. Salah satu sisi penggambaran dengan metafora sangat menawan. Tapi saya pikir pada bagian -bagian tertentu, Andrea terlalu banyak membuat metafora...
Dalam buku disebutkan bahwa Lintang adalah bocah jenius yang luar biasa, tapi saya pikir Si Ikal-lah yang jenius dalam penulisan buku ini.
Pengetahuannya sangat luas.
Dari mulai deskripsinya tentang botani. Andrea menceritakan dengan detail bagaimana pohon Filicium yang mempesona, bunga daffodil dan aneka flora lain lengkap dengan nama latin dan detailnya.
Demikian juga penggambaran tentang serangga dan burung yang berlindung di Filicium.
Tidak itu saja , pengetahuannya tentang sejarah juga sangat fasih. Lihat saja bagaimana dia menceritakan tentang Great Constantinopel.
Dia juga paham tentang music. Pemilihan jenis music : Mozart no 35 in D Major, lagu Georgia on My mind juga mencengangkan.
Tapi yang aneh, apakah di daerah terpencil sekitar tahun yang diceritakan sudah mengenal lagu "Leaving on a Jet Plane"?
Pengetahuannya tentang tumbuhan pada bab tentang fragmen survival juga membuat kagum. Saya juga baru tahu kalau getah pohon aren bisa mengakibatkan gatal-gatal hebat.Bagian yang favorit dari buku itu. Gila banget membuat karnaval dengan tema perkelahian suku barbar terasing dengan binatang, yang menjadi benar-benar liar akibat getah buah aren. Bravo Mahar!
Bagian lain yang juga mencengangkan adalah cerita tentang lomba cerdas tangkas. Tangkisan Lintang pada Pak Guru yang sombong tentang penjelasan hukum optik. Penegasan hukum Newton dalam teori optik cekung sebagai penyangkalan teori Descrates dan Aristoteles, bahwa spektrum yang kontinyu dan warna berasal dari sifat cahaya.
Itu pelajaran SMA yang banyak dari kita sudah lupa...hehe..
Yang jelas buku ini sangat luar biasa. Saat membacanya saya bisa terkagum-kagum, campur terharu , campur senang. Pandai sekali membawa perasaan. Terkagum saat Lintang menjelaskan pemikirannya, terharu membayangkan Bu Mus dan persahabatan mereka, tertawa saat membaca sesi karnaval, geli bayangin Ikal jatuh cinta pada tangan A ling.
Andrea Hirata mungkin harus mengusung banyak literatur sehingga membuat buku ini sangat cerdas.
Saya sangat terkesan. Begitu sederhana cara untuk menjadi bahagia.
Buku yang wajib dibaca
(sedikit menyesal, .... kenapa tidak dulu-dulu saya baca...)
15 comments:
Filmnya apa sebagus bukunya ya mbak?
Belum ada lagi buku baru sehebat Tetralogi LP ya?
Ayo rame2 nonton laskar pelangi....
Sip tuh
Sobat q juga belum baca bukunya tuh, lebih bagus mana ya ma filmnya???
Nice blog
Sekarang filmnya udah beredar dalam bentuk CD kok
blm pernah nonton.. tapi lagunya sih bagus.. hehe.. ;D
sy blm baca tuh novelnya...tp udah nonton sih...ramean mana sih...?
Book always better than film. Film kan cuma menampilkan sebagian sisi buku. Buku menceritakan lebih detail, dan buku mngizinkan kita u lebih bnyk mengimajinasikan penampakan tokoh2nya. Saya sendiri gak suka baca buku, tapi untuk ini saya khatam tetraloginya :)
Laskar pelangi emang inspiring bgt, mengingatkan kita bagaimana keluar dengan segala keterbatasan yg ada untuk suatu tujuan & cita2 yg kita miliki
saya sama sekali belum pernah membacanya
yup agree.... bukunya emang bagus banget
memanng bagus isi buku ini, menarik
Saya juga suka buku ini, Namun ketika buku ini di bua versi filmnya rasanya agak berbeda. Saya lebih suka bukunya.
Kunjungi saya juga ya di sewa kantor get realty dan di rental mobil jogja semberani
terimakasih :D
Post a Comment