The Wedding, Unconditional

Juli 2009

Beberapa bulan terakhir keluarga saya disibukkan dengan dua acara pernikahan, adik saya si Vio dan nada, keponakan saya yang paling besar.
Karena keponakannya mau menikah, Si Oom juga gak mau kalah, dia kawin duluan sebulan sebelum Nada
Tibalah hari itu.
Saya sekeluarga plus eyang berangkat ke Situbondo.
Mengingat tempatnya jauh tidak semua bisa hadir.
Nada adalah anak kakak saya yang tertua, umurnya baru 24 tahun, tapi mamanya sangat tidak sabar untuk segera melihat anaknya kawin.
Kolot juga ya kakak saya itu….

Akhirnya dicarikanlah anaknya jodoh, dan secara gak sengaja suatu sore waktu saya bertamu ke rumah adik ipar saya, dia lagi nyarikan kenalan buat temannya dan tanya apa saya punya saudara perempuan yang belum punya pacar. Kemudian saya kasih foto si Nada saat baru bangun tidur yang saya ambil waktu saya kesana. Satu- satunya fotonya yang lumayan yang saya punya.
Dengan foto belum mandi itulah si Denny terpikat, sampai akhirnya mereka menikah.

Saya tidak baca undangannya , saya tahunya hari minggu pagi akad nikah dan siangnya resepsi.
Pagi, sehari sebelumnya kami berangkat langsung menuju ke Rosali, hotel di Situbondo, malamnya baru saudara-saudara saya yang lain tiba. Hotel itu penuh dengan keluarga saya dan Denny. Ceritanya seperti pertemuan keluarga calon pengantin.

Anak-anak saya exiting banget. Tapi perasaan mereka selalu begitu asal diajak jalan-jalan…
Setelah kongkow-kongkow sesaat, kamipun lelap, hemat energi buat besok.
Pagi-pagi sekali kami siap-siap untuk ke acara akad nikah di masjig besar di depan alun-alun Situbondo, saya lupa namanya.
Saya mendandani anak-anak saya seperti putri, hihi….
Pakai gaun warna putih bersih, dengan korsase bunga pink di pinggang kanan, mereka anggun sekali, itung-itung sekalian dandan buat nanti siang resepsi.

>

Ternyata ada perubahan acara, bukan perubahan sih, saya yang tidak cermat membaca undangan. Ternyata acara resepsi itu jam 15.00 sore, bukan saat makan siang pukul 11.00 seperti lazimnya resepsi pernikahan. Jadi setelah akad nikah kembali ke hotel dulu, dan ada acara dandan buat resepsi.

Mati saya,…..
Saya Cuma bawa baju satu , itu juga seragam kebaya. Anak-anak juga Cuma saya bawakan satu gaun saja, lainnya pakaian casual yang saya pilih yang nyaman untuk perlajanan.
Jadinya saya pinjam baju kebaya nada yang hijau untuk saya pakai ke akad nikah. Untung aja pas.

Lha anak-anak…..
Jadi saya wanti-wanti, “Hati-hati ya, bajunya putih lho, jangan kotor-kotor ya, nanti sore dipakai lagi….”
Dijawab serempak ,” Iya Bu…”
Sepertinya cooperate sekali ya….

Kami serombongan berangkat ke Masjid.
Formatnya duduk di bawah tanpa kursi. Sisi kanan keluarga pengantin pria, sisi kiri untuk keluarga pengantin putri.




Kemudian tibalah pengantin wanita.
Keponakan saya cantik sekali dengan dandanan kebaya modernnya.
Badannya yang tinggi langsing membuatnya tampil menawan.
Kakak saya pun sukses dengan make overnya, mukanya berubah banget,
di make up warna pucat membuatnya tampil menjadi orang lain. Walaupun begitu dia kelihatan berseri- seri dan sangat bahagia….



Dimulailah prosesinya….
Semua diam mendengarkan……
Pembacaan ayat-ayat suci, akad nikah, dilanjutkan dengan khotbah nikah…

Tiba-tiba perasaan saya gak enak, ada yang aneh….
Kok tenang sekali…. Tidak biasanya…
Mata saya berkeliling mencari Wita….
Tidak ketemu…
Ke mana anak itu…
Saya bangun mau ke luar masjid lewat pintu samping di sisi belakang posisi saya duduk.
Baru berdiri saya lihat Oom Bambang menggandeng tangan Wita yang ketawa senang
Saya kaget sekali…
Si Wita tiarap di genangan air tempat wudlu yang biasanya dijadikan batas area suci,
Ya ampun…. Dia basah kuyup.
Saya panik…..


Mau kembali ke hotel untuk ngambil baju Wita. Untung ada keponakan kakak ipar saya, Indah, menawarkan diri mengantar naik motor. Si Wita tidak mau ikut, dia tetap di masjid , telanjang bulat, sembunyi di balik cerukan kolom masjid.
Bagaimana ini , saya ke masjid tidak membawa baju serep, saya kira Cuma sebentar. Dan gaun itu masih akan dipakai lagi nanti sore…
Gawat….
Sambil ngomel saya lepas baju basahnya, nanti bisa masuk angin, mana perjalanan jauh…
Dia ikut melepas bajunya sampai telanjang bulat, celana dalamnya juga basah…….

Saya bingung…




Diputuskan tidak jadi ke hotel, pinjam baju anaknya Indah itu, dan dengan baik hati baju wita dikeringkan dan dijemur di sana.

Sorenya di resepsi, Si Wita pakai baju piyamanya, sambil mengunngu Mbak Indah datang dengan bajunya yang masih lembab walaupun sudah dikeringkan dan diseterika. Dan dia kembali tampil seperti putri….

Sungguh ajaib, jagoan saya itu….