Balekambang

9 Mei 2009
Hari sabtu tanggal merah,
Kebiasaan hari libur tuh kami malas banget bangun tidur. Kesempatan untuk molor sampai siang.
Tiba-tiba kok ada aide untuk pergi jalan-jalan….
Udah lama pingin jalan-jalan , sebenernya pingin ke Bali. Rencananya dulu malah tiap tahun dijadwalkan ke Bali. Anak-anak sangat suka diajak jalan-jalan ke Bali. Tapi kayaknya tahun ini gak bisa, jadi ya sudahlah yang dekat-dekat saja.
Anak-anak saya tawarkan ke Taman Safari apa lihat pantai. Si kakak pilih lihat pantai , si adik minta lihat gajah.
Akhirnya diputuskan ke Balekambang, terinspirasi foto ayah yang keren banget waktu di Balekambang pas kuliah dulu.

Jadilah persiapan mendadak.
Anak-anak kecil dibangunkan, nyiapin baju seadanya, lengkap dengan peralatan berenang.

Itupun kami baru bisa berangkat jam 7 pagi, agak kesiangan ya….
Sarapan pagi sudah disiapkan untuk dimakan di mobil. Jadi satu bowl untuk empat orang. Saya nyuapin mereka bergantian.
Begitulah perjalanan dari Sidoarjo ke Malang. Gak siap snack , saya cuma sempet bikin jelly untuk anak-anak.
Udah gitu karena kesiangan, jalan lewat porong macet.
Dan celakanya suami saya ternyata tidak tahu arah jalan yang mau ke Balekambang.

Jam 11 kami sampai di Malang, dan terpaksa berhenti di posko wisata di alun-alun. Yang membuat impress, Posko wisata itu melayani tamu dengan sangat baik, sopan dan tutur bahasanya halus dan lembut. Kami diberi copy peta wisata di daerah malang. (seandainya di tiap kota ada posko seperti itu alangkah menyenangkan perjalanan…)

Perjalanan pun dilanjutkan…
Saya ajak berhenti dulu untuk makan, udah jam 11 siang, kasihan anak-anak, dan suami saya itu suka pusing kalo telat makan. Tapi kata suami saya,” tanggung, paling setengah jam lagi udah sampai, kita makan di sana aja.”
Jadi Cuma beli kue aja. Ya udah, langsung terus….

Kita ikuti petunjuk arah dan peta itu…
Kok gak sampai-sampai…
Udah agak frustasi, lalu diputuskan ke mana aja deh , gak harus ke Balekambang, boleh ke Sendang biru atau ke Ngliep, yang mana aja yang paling cepet sampai.
Dan setiap kali lihat pohon kelapa jadi berbesar hati, “tuh ada pohon kelapa, berarti pantainya udah dekat”
Sampai ketemu arah ke Turen, katanya tadi nanti ada papan petunjuk ke Balekambang. Ketemulah …. Ternyata tulisannya: BALEKAMBANG 33 KM.
Aduuuuhh masih 33 kilo lagi, jauh banget….

Nanggung banget mau pindah tujuan, diteruskanlah perjalanan ke Balekambang.
Jalannya mulai rusak… (agak ngedumel)
Tapi jalan terus…
Akhirnya tibalah kita di pos wisata (leganya…)

Dan mulailah keindahan-keindahan…


Lepas dari pos itu sepertinya kita di jalan yang dikelilingi hutan. Tanamannya sungguh mempesona, pohon-pohon besar serta berbagai jenis palem dan pakis berukuran super besar kalo gak boleh dibilang raksasa. Warnanya sangat hijau, indah sekali…
Kami sempatin berhenti mejeng-mejeng dulu. Dasar narsis!



Akhirnya pantai Laut Selatan itu terlihat…..
Masih dinaungi pohon raksasa di sepanjang jalan (kaya di luar negeri, eh-maaf, belum pernah keluar negeri) ,


mulailah terlihat keramaian.
Di sisi jalan ada beberapa kemah yang didirikan
Dan parkir mobil yang berserakan di kedua sisi jalan. Banyak mobil-mobil yang membuka bagasi belakang dan menggelar bekal makan di bagasi


Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Perut keroncongan, dan kami mulai cari makan. Banyak sekali warung di sekitarnya
Wita minta rawon, Karisma minta nasi goreng. Kami cari warung yang agak besar. Dan dipesanlah si rawon dan nasi goreng.
Ternyata nunggunya lama sekali….
Hampir 20 menit lebih, padahal kalo rawon kan harusnya cepet, tinggal ngasih nasi dan rawon aja. Ternyata rawon itu baru dibuat dengan menggunakan bumbu instant. Jadi daging empal ditaruh di atas nasi dan disiram dengan kuah instant itu, jadi rasanya setengah rawon setengah soto, karena gak ada keluaknya. Dan rasanya sungguh tidak enak. Si wita gak doyan.
Demikian pula nasi gorengnya, sama parahnya.
Saya paksa mereka makan hanya supaya tidak sakit. Pantas banyak yang bawa bekal dari rumah!

Kemudian anak-anak minta pipis, saya minta ijin untuk ke KM warung itu, tapi ditolak, tidak ada air, katanya, disuruh ke toilet umum dekat situ.
Ternyata toilet itu penuh manusia, tidak kurang dari 30 orang antri di dalamnya yang hanya menyediakan 6 bilik.
Frustasi lagi, saya setengah maksa yang punya warung untuk bisa numpang ke KM. Akhirnya boleh dan memang gak ada airnya, musti ngambil dari gentong untuk masak.

Setelah itu kami ke pantai
Pantai itu bagus sekali. Mirip tanah Lot dalam versi mini, karena ada pulau di tengah laut. Tapi pantainya lebih bagus Balekambang, pasirnya kekuningan sangat indah dan tebingnya bagus sekali…





Di antara pulau dan pantai itu membentang jembatan besi. Dari jauh kelihatan indah sekali,tapi dari dekat, Ya Allah.... Jembatan itu patah di modul pertama, menyisakan ruang patahan yang cukup lebar dan hand raillingnya banyak yang karatan dan patah. sangat berbahaya! Saya teriakin si Wita yang pengen lepas lari, ngeri sekali!
Tapi sepertinya saya sering lihat jembatan itu dipakai untuk foto prewedding yang sering dimuat di Koran.
Jadi terobsesilah untuk membuat foto-foto di Balekambang itu.
Sayangnya anak-anak sangat tidak cooperate. Mereka udah gak sabar pingin mandi di pantai. Padahal tempatnya tuh bagus banget buat foto (ihik!)

Ya udahlah akhirnya menyerah, mereka mandi juga di pantai. Tanpa baju renang, kerena tadinya gak saya bolehin, gak ada KM buat ganti sih!
Tapi mereka nyemplung juga dengan baju basah-basah,
Si Wita malah nyaris tenggelam. Senang sekali mereka berlarian sepanjang pantai dan main pasir.



Jam 15.30 ternyata turun hujan, kami berlindung di bawah tebing, tapi akhirnya diputuskan untuk pulang, karena ternyata perjalanan ke Balekambang sangat jauh dari rumah dan takut kalo maghrib masih di sana, hutannya gak mengerikan kalo gelap.

Kayaknya suatu saat pingin deh balik ke sana lagi…